BAB I
PENDAHULUAN
Bertutur tentang lingkup hidup
bermasyarakat, maka kita akan terbawa
dalam berbagai perilaku yang komplek dalam masyarakat tersebut.
Perilaku-perilaku itu menyangkut gaya hidup [lifestyle],budaya,adat
istiadat,kepercayaan ataupun yang lain. Mengenai berbagai ruang lingkup di
atas, budaya dan adat istiadat merupakan yang lebih mendominasi tentang gerak
polah manusia. Dalam ruang kebudayaan kita mengenal , kita mengenal adat dan juga kepercayaan
yang di antaranya di istilahkan dengan mitos.
Kepercayaan terhadap mitos
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat yang telah mengakar. Di jawa
misalnya, mitos tentang ratu penguasa laut seiatan yang mempunyai nama Roro
Kidul. Sang ratu, dalam mitos jawa mempunyai kekuatan yang dasyat yang dapat
mendatangkan marabahaya, sehingga harus di hormati dan di berikan saji agar dia
tidak murka dan membuat kerusakan. Sesaji biasanya di berikan setiap bulan
syuro {muharrom dalam islam} dan di letakkan di pinggir bibir pantai laut
selatan.
Pada dasarnya, mitos-mitos tersebut
{entah benar atau tidak} merupakan suatu gejala yang timbul dengan sendirinya
dengan berdasar anggapan dari peristiwa yang terjadi di luar batas
kewajaran.Mitos ini merupakan salah satu perilaku yang sudah menjadi kebiasaan
atau adat budaya ditengah-tengah masyarakat sehingga teramat menarik untuk di
pahami lebih lanjut. Di sisi lain, mitos juga menjadi barometer tingkat
peradaban masyarakat dimana mitos itu timbul dan berkembang. Tingkat peradaban
yang di maksud adalah mengacu pada perjalanan spiritualisme masyaraka.Oleh
sebab itu makalah ini sedikit merupakan penelusuran tentang mitos dan
keberadaannya dalam tingkat kesadaran, pandangan atau pengertian masyarakat.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dalam
hal ini di ajukan beberapa topik masalah yang akan dijadikan pembahasan lebih
lanjut;
a. Apakah
sebenarnya mitos?
b. Bagaimana
asal mula mitos?
c. Bagaimana
pengaruh mitos dalam masyarakat?
BAB
II
PEMBAHASAN
a.
Apakah
sebenarnya mitos?
Menurut Van Peursen mitos adalah suatu
cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu pada komunitas masyarakat[1].Cerita
cerita tersebut dapat berbentuk simbol-simbol yang memberi gambaran tentang
suatu hal kebaikan dan keburukan, kahidupan dan kematian, dosa dan penyucian,
perkawinan dan kelahiran, akhirat, surga, dan neraka.Dipandang dari segi
keadaan[2]
mitos juga dapat diartikan dengan sesuatu yang erat kaitannya dengan hal-hal
mistis di mana manusia merasa terkepung oleh kekuatan-kekuatan ghoib di
sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan
seperti yang trrdapat dalam mitologi primitif.
Pada
dasarnya mitos adalah merupakan tahapan perjalanan spiritual manusia
dalam mencapai kebahagiaan dan ketentraman dalam kehidupannya di dunia.Mitos
merupakan tahapan-tahapan manusia untuk menemukan sesuatu yang di yakini
keberadaannya yaitu yang maha pencipta.Oleh karena manusia merasa makhluk palig
lemah secara fisik, maka membutuhkan sesuatu dari luar dirinya untuk menjamin
kehidupan yang sesui dengan tuntutan hidup. Manusia akan merasa gelisah dalam
krnyataan terciptanya yang lemah di banding dengan makhluk lain. Untuk itu,
maka manusia berusaha untuk menggali
kesebenaran dari apa yang terdapat dari alam semesta demi mencari dari
apa yang mereka sebut kebenaran. Perjalanan spiritual inilah yang kemudian di
gambarkan menjadi suatu yang nyata melalui cerita-crrita fiksi. Cerita-cerita
tersebut membentuk alur yang sistematis dan patent
b. Bagaimana asal mula mitos?
Dalam
perkembangan pemikiran manusia mempunyai dua unsur[3]yang
melekat yaitu, sifat unik dan rasa ingin tahu. Sifat unik manusia adalah akal
yang secara umum membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan akal manusia
bisa mempertahankan hidupnya dalam situasi dan kondisi apapun.Sedangkan rasa
ingin tahu membawa manusia untuk berkembang terus menerus dan membuat
kehidupannya berkembang setiap waktu.Perubahan tersebut membentuk tingkat
kebudayaan yang brrbeda-beda pula.Hal ini menyebabkan kondisi peradapan semakin
lama bertambah meningkat sampai dengan sekarang.
Tahapan-tahapan
perubahan perkembangan kebudayaan di atas menurut Van
Peursen[4]
terdiri dari tiga tahap yaitu; tahap mistis, tahap ontologis, dan tahap
fungsional. Tahapan mistis adalah dimana manusia sering menggali sesuatu
berdasar apa yang di lihat dan yang di rasakan yang cenderung mengesampingkan
rasional. Sehingga tahapan ini di pengaruhi hal-hal mistis yang irrsional.
Perjalanan kebudayaan manusia pada tahapan ini juga lebih mengutamakan kekuatan
yang luar biasa[supranatural} dari para dukun yang telah bersengkokol dengan
makhluk halus.
Tahap
ontogis merupakan keselanjutan dari tahap sebelumnya dimana manusia masuk pada
tahapan memulai penyusunan suatu teori mengenai dasar dari segala
sesuatu{ontologi}. Tahap im=ni adalah perkembangan manusia yang telah
dipengaruhi oleh filsafat ilmu. Tahapan selanjutnya adalah tahapan fungsional,
yang mengarah pada manusia-manusia modern.Yaitu manusia yang lebih mengutamakan
penyelidikan demi menemukan alam yang sesuai fungsinya.Tahapan ini sudah hampir
seluruhnya rasional sehigga kedua tahapan yang sebelumnya tidak layak
pakai.Tahap ini merupakan jendela bagi tumbuh dan Berkembang kebudayaan modern
yang sangat bertolak belakang dengan budaya-budaya sebelumnya.
Jika
melihat keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mitos bermula dari
kekuatan akal karena rasa keingin tahuan mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Akan tetapi pada mula pencarian itu manusia belum sepenuhnya dapat menggunakan
akal dengan semestinya dan lebih mengedepankan khayalan dan ilusi[5]
sehingga penelitian-penelitian tersebut membentuk suatu kesimpulan yang tidak
masuk akal dan bersifat mistis. Jadi, mitos muncul dalam tahap mistis pada
tahapan ini manusia masih terbatas pada hal-hal yang bersifat mistis yang
menghantarkan pada anggapan benda-benda
bertuah dan mempunyai kekuatanyang dapat memberi kebaikan maupun keburukan.
Dari
anggapan tersebut terbentuklah cerita-cerita yang di visualisasakan dengan
simbol-simbol atau lambang yang kemudian menjadi mitos yang berujung pada
bentuk kepercayaan. Simbol-simbol tersebut di realisasikan dalam bentuk
kegiatan Yng bersifat ritual seperti wayang, tari-tarian, sesaji,
tembang-tembang ataupun yang lain .
Dalam
proses pencariannya, manusia menemukan yang dalam anggapan mereka sebagai
kekuatan yang luar biasa yaitu alam semesta. Sehingga kejadiaan alam selalu
dikaitkan dengan kekuatan yang mengatur kehidupan di jagad raya.Untuk itu,
manusia yang mengharapkan kehidupannya tentram sentosa maka manusia harus
tunduk dan mengabdi dengan kekuatan tersebut.Bukti Ketundukan itu dengan
mengadakan suatu kegiatan penyembahan.Dengan ritual penyembahan itulah manusia
merasa bahwadirinya telah aman dari marabahaya yang timbul dari kemurkaan para
penguasa yang tidak nyata. Semakin sering manusia menyembah, maka manusia akan
di berkahi kehidupannya demi kehidupan yang sempurna.
Di
sisi lain mitos muncul dari pengaruh kehidupan sosial manusia yang tidak
seimbang. Seperti misalnya, mitos munculnya ratu adil yang akan memimpin dan
memberikan pertolongan kepada bangsa jawa. Kemunculan ratu adil sangat di
rindukan bangsa Jawa yang pada saat itu hidup di bawah koloni Belanda yang pada
saat itu hidup di dalam koloni Belanda yang menciptakan kasengsaraan yang
sangat mendalam bagi kehidupan bangsa pribumi. Mitos ini muncul karena harapan lepasnya penderitaan dari kaum
penjajah seakan tidak mungkin lagi. Dengan membentuk mitos ratu adil paling
tidak, dapat memberi sedikit harapan kehidupan di masa depan yang lebih layak
dan terbebas dari penjajah.
c. Bagaimana pengaruh mitos dalam masyarakat?
Dalam
alam pemikiran mistis, antara manusia dan alam, baik itu alam fisik, metafisik
dan sosial merupakan suatu hal yang berkaitan erat dan saling memiliki
ketergantungan.Manusia merasa terkepung oleh kekuatan-kekuatan luar biasa yang
terdapat dalam alam yang tida tampak, yaitu alam para dewa. Dalam alam mistis
manusia belum merasa sebagai makhluk individu yang bulat, akan tetapi masih
terkungkung oleh gambaran-gambaran dan perasaan-perasaan ajaib yang mereka
resapi sebagai roh-roh dan daya-daya dari luar[6].
Untuk itulah dalam masyarakat mistis tidak akan pernah sepi dengan ritual.
Perilaku seperti inipun di wariskan secara turun temurun sehingga menjadi
tradisi.
Alam
pemikiran tersebut kemudian membentuk suatu kesadaran individu maupun kesadaran
bersama dalam suatu komunitas masyarakat dalam upaya mencari kebenaran
untuk memenuhi kepuasan batin. Proses
seperti ini memberikan bukti bahwa manusia mulai menentukan arah kepercayaannya
atau teologi pada kekuatan para dewa.
Kesadaran
bersama tersebut memiliki dua macam sifat yaitu;eksterior dan constrain[7].
Eksterior mengandung arti bahwa kesadaran kolektif berdiri di luar kesadaran
itu sendiri sehingga cenderung kesadaran tersebut bersifat constain atau di
paksakan.Kesadaran berbau mistis tersebut di wariskan secara turun temurun
dalam bentuk mitos sebagai unsur tradisi kepercayaan.Bentuk kepercayaan sebagai
titik harapan kelayakkan hidup bermasyarakat mistis yang sering di pentaskan
dalam berbagai kesenian maupun ruwatan. Mitos-mitos tersebut menggiring pada
perilaku yang memaksa untuk melakukan apa yang mereka anggap sebagai sebuah
kebenaran sejati. Tradisi kepercayaan adalah konstensi dari Pengaruh mitos yang
telah mengakar dalam masyarakat.Dengan kepercayaan manusia dapat mersa telah
mencapai kehidupan yang sebenarnya. Menurut teori batos {J.G FRAZER}[8]
bahwa manusia mempunyai keterbatasan akal sehingga membutuhkan kekuatan lain
yang lebih dominan. Kekuatan tersebut dapat di capai dengan perjalanan mistis
yang sudah di dasarkan pada mitos-mitos yang telah terbentuk
sebelumnya.Kekuatan tersebut memaksa manusia untuk memulyakan apa-apa yang
mereka anggap sebagai penjelmaan dari penguasa jagad raya. Pemulyaan atau
pengeramatan terhadap benda, tumbuhan,ataupun hewan menjadi sesuatu yang wajib
di lakukan oleh setiap individu masyarakat.
Keberadaan
mitos dalam masyarakat menjadi sangat penting melihat konteks mitos yang
terbentuk menjadi kepercayaan yang bersifat tradis.Karena kepercayaan merupakan
bagian yang terpenting dalam kehidupan individu dan masyarakat. Manusia pada
dasarnya merupakan suatu komunitas yang memiliki habitat kehidupan yang sama,
yaitu dalam keyakinan pada suatu kepercayaan. Oleh sebab itu mitos menjadi
suatu hal yang sangat fenomenal di tengah-tengah masyarakat primitif.
Bagi
masyarakat modern mitos, sudah tidak lagi menjadi hal yang fenomenal melainkan
hanya dianggap sebagai peninggalan budaya yang tergolong dalam kekuatan daya
seni.Akan tetapi, anggapan inipun bukan berarti mengeneralisasi dari kesemua
masyarakat modern.Karena sebagian dari masyarakat modern masih terdapat suatu
komunitas yang berpegang teguh dalam tradisi mitos.Misalnya di sebagian pulau
Jawa di bagian selatan yang masih mempercayai tentang penguasa laut kidul. Di
bagian pulau Jawa tersebut masih sering menjumpai ritual-ritual dengan membawa
sesaji ke tepi pantai sebagai persembahan pada sang Ratu penguasa laut.
Secara
umum di dunia modern mitos mengalami degradasi yang signifikan. Hal itu di
sebabkan karena dunia modern adalah termasuk dari bagian dari tahapan
fungsional yang cenderung pada penggunaan rasio sehingga sesuatu yang
irrasional seperti halnya mitos hanya akan menjadi karya masa lalu dan tidak
layak pakai. Mitos raksasa memakan bulan yang menyebabkan gerhana bulan telah
di gantikan dengan teori astronomi.Lambang-lambang mitos yang merupakan
petunjuk kebenaran menjadi karya seni yang tidak berarti lagi.
BAB
III
KESIMPULAN
Mitos
adalah cerita-cerita atau dongeng-dongeng yang berisi tentang baik dan buruk,
hidup dan mati, dunia dan akhirat.Mitos muncul sebagai akibat rasa
keingintahuan manusia tentang alam semesta dan juga muncul dari akibat
perjalanan spiritual balam pencapaian kebutuhan batin.Yaitu pandangan manusia
tentang hakikat dari kehidupannya sendiri yang terikat pada hal yang buruk dan
menyedihkan, sehingga membutuhkan ritual khusus untuk melepaskan dari belenggu
samsara[9].Pandangan
ini mengarah dalam suatu keyakinan tentang adanya kepungan kekuatan ghaib yang
buruk maupun yang baik.
Dalam
perealisasian pandangan-pandangan ini, manusia membentuk objek pengekspresian
dalam bentuk cerita atau dongengyang memberikan arahan tentang baik dan
buruknya perjalanan hidup.Objek ini di bentuk secara sistematis seakan-akan
memang benar-benar nyata.Seperti misalnya cerita tentang pandawa dan kurawa
yang terdapat dalam kumpulan buku mahabarata yang telah menjadi acuan oleh
sebagian orang. Cerita itu seolah-olah memang benar terjadi ketika diperagakan
dalam bentuk seni wayang
Pada
keselanjutannya, mitos menjadi kekuatan yang besar luar biasa karena memberikan
inspirasi terhadap kesadarn individu maupun kolektif dalam suatu komunitas
masyarakat. Kesadaran-kesadaran tersebut di wariskan secara turun temurun
sehingga menjadi tradisi yang keberadaannya merupakan kekuatan yang
mencengkeram dan juga patent dan tidak bisa ditawar lagi. Akan tetapi kekuatan
mitos mulai tergantikan dengan kebudayaan baru yang lebih mengedepankan aspek
fungsi dan penggunaan akal secara utuh.Budaya inilah yang sering di sebut
sebagai awal dari kehidupan manusia modern.
\
DAFTAR PUSTAKA
Aly,Abdullah,drs,
dan Ir.Eny Rahma,Ilmu Alamiah Dasar,Jakarta,PT Budi Aksara,2003.
Sujarwa,Drs,
M. HUM,Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar,Yogyakarta,Pustaka Pelajar,2010.
Margono,Drs,dkk,Ilmu
Alamiah Dasar,Surakarta, Universitas Negeri Surakarta,1982.
[1]
Drs. Abdullah Aly, Ir. Eny Rahma,Ilmu Alamiah Dasar,Jakarta,Bumi
Aksara,2003,halm. 6
[2]
Drs. Sujarwa, M. Hum,Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar,2010,halm.38
[3]
Drs abdullah Aly,Ir Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi Aksara,
2003, halm. 2
[4]
Drs Sujarwa, M.Hum,Ilmu Dan Budaya Dasar, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2010. Halm. 38
[5]
Drs. Margono,dkk, Ilmu Alamiah Dasar, UNS, Surakarta, 1982, Halm. 12
[6]
Drs Sujarwa,M. Hum, Ilmu Sosial Dan Budaya dasar, Yogyakarta,Pustaka
Pelajar,2010,Halm. 190
[7]Ibid,halm.
191
[8]Ibid,halm.
175
[9]Ibid,halm.
34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar